Fatwafikih.com

Sunday, April 22, 2018

Isra’ dan Mi’raj : Makna Pertemuan Rasulullah SAW dengan para nabi





Makna Pertemuan Rasulullah SAW dengan para nabi
Setelah Nabis SAW pulang dari Thaif dengan sedih dan setelah berdoa, “jika Engkau tidak marah kepadaku maka aku tidak peduli,” datanglah pengabulan do’anya berupa perjalanan mulia yang belum pernah disaksikan manusia semisalnya, yakni mukjizat Isra’ dan Mi’raj.
Menurut pendapat yang paling benar, Isra’ dan Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun kesepuluh kenabian. Perjalanan ini terjadi setelah tahun kesedihan (Amul Huzni), tahun Nabi SAW kehilangan pamannya Abu Thalib dan isterinya Khadijah binti Khuwalid. Perjalanan ini merupakan mukjizat guna mengajari Nabi SAW kedudukannya di sisi Rabb-Nya.
Orang-orang berselisih, Isra’ dan Mi’raj terjadi dengan ruh dan jasad, ataukah ruh saja? Tentu saja Isra’ dan Mi’raj terjadi dengan ruh dan jasad.
Perjalanan Isra’ dan Mi’raj dimulai dengan thawafnya Nabi SAW di Ka’bah. Kemudian, beliau melakukan Isra’ ke Masjidil Haram, lalu beliau dinaikkan ke langit. Allah SWT berfirman:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (al-Isra’:1)

Baginda Nabi diisra’kan (isra’: perjalanan di malam hari) dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha. Perjalanan beliau dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha menggunakan kendaraan Buraq, seekor binatang melata putih yang lebih tinggi dari keledai, tetapi lebih rendah dari kuda. Ia meletakkan kukunya di ujung kaik-kakinya. Buraq berasal dari suku kata Al-Barq yang berarti cepat.

Makna Pertemuan Rasulullah SAW dengan para nabi di Masjidil Aqsha
Baginda Nabi SAW memasuki Masjidil Aqsha. Masjid tersebut penuh dengan nabi-nabi Allah SWT, mulai dari Adam hingga Isa bin Maryam As. Pertemuan para nabi di Masjidil Aqsha ini mempunyai makna yang besar, yakni sebagai isyarat persatuan umat manusia. Selain itu, bermakna pula, bahwa turunnya para nabi ke bumi untuk menyerahkan tampuk kepemimpinan umat kepada Muhammad SAW. Karena hal inilah mereka turun. Padahal, beliau juga akan bertemu mereka setelah naik ke langit.
Baginda Nabi SAW mengimami shalat di Masjidil Aqsha dengan para nabi semuanya. Ini menunjukkan akan kepemimpinan kaum muslimin dan kekuasaan mereka terhadap seluruh umat manusia. Setelah Nabi SAW shalat dengan para nabi, datanglah Jiblir As dengan membawa sebuah wadah yang berisi susu dan satu wadah lagi berisi arak. Nabi SAW memilih susu. Sebab itu, Jibril gembira dan mengatakan,”Engkau telah diberi petunjuk berupa fitrah dan umatmu juga mendapat petunjuk dengannya.”
Ayat-ayat yang menceritakan Isra’ adalah sebagai berikut:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ*
وَآتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِبَنِي إِسْرَائِيلَ أَلا تَتَّخِذُوا مِنْ دُونِي وَكِيلا*
ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا*
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”* Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israel (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku* (yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.(al-Isra’:1-3)

Setelah menceritakan  tentang kisah Isra’, ayat di atas membahas mengenai keturunan manusia:
ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ….
(yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh... (al-Isra’: 3)
Dalam perjalanan Isra’, Nabi SAW melewati gunung Tursina di mana Allah berbicara dengan Musa As. Beliau juga melewati Baitu Lahmin (Betlehem) di mana Nabi Isa As dilahirkan. Kemudian, beliau dinaikkan ke langit. Di langit pertama, beliau bertemu dengan Nabi Adam As. Di langit kedua, beliau bertemu dengan Nabi Isa As. Di langit ketiga beliau bertemu dengan Nabi Yusuf As. Di langit keempat, beliau bertemu dengan Nabi Idris As. Di langit kelima, beliau bertemu dengan Nabi Harun As. Di langit keenam, beliau bertemu dengan Nabi Musa As. Adapaun di langit ketujuh, beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim As.[1]




[1] Amru Khalid, ‘Ala Khutha al-Habib Muhammad Sallahu alaihi wassalam

0 comments:

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *