Fatwafikih.com

Sunday, April 22, 2018

Motivasi dan Renungan




"Allah tidak lagi memberi alasan bagi siapa yang telah dipanjangkan umurnya hingga 50 tahun." (Hadits Riwayat Bukhari)

Al-Khattabi berkata:
"Maknanya, orang yang Allah panjangkan umurnya hingga 50 tahun, tidak diterima lagi keuzuran/alasan, karena usia 50 tahun merupakan usia yang dekat dengan kematian.

Disinilah kesempatan untuk memperbanyak taubat, beribadah dengan khusyuk, dan bersiap-siap bertemu Allah."
(Tafsir al-Qurthubi)

Fudhail bin Iyadh berkata kepada seseorang yang telah mencapai umur 50 tahun,

Nasihat Fudhail kepadanya:

"Berarti sudah 50 tahun kamu berjalan menuju Tuhanmu, sekarang hampir sampai... Lakukan yang terbaik pada sisa usia senja-mu, lalu akan diampuni dosa-dosamu yang lalu. Tapi jika engkau masih berbuat dosa di usia senjamu, kamu pasti dihukum akibat dosa masa lalu dan masa kini sekaligus..!"

Alim ulama memberi nasehat cara menjalani umur yang sudah mencapai 50 tahun:

1. Jangan berlebihan berhias, bersolek, dan berpakaian.

2. Jangan berlebihan makan, minum, dan berbelanja barang yang kurang diperlukan untuk mendukung amal shalih.

3. Jangan berkawan dengan orang yang tidak menambah iman, ilmu, dan amal.

4. Jangan gelisah, berkeluh kesah dan kesal dengan kehidupan sehari-hari. Selalu penuhi diri dengan rasa sabar dan bersyukur.

5. Perbanyak do'a mengharap keridha-an Allah agar Husnul Khatimah dan dijauhkan dari Su'ul Khatimah.

6. Tambah ilmu agama, perbanyak mengingat kematian, dan bersiap menghadapinya.

7. Siapkan wasiat dan lakukan pembahagian harta.

8. Kerapkan menjalin silaturrahim dan merapatkan hubungan yang renggang sebelumnya.

9. Minta maaf dan berbuat baik terhadap pihak yang pernah didzalimi.

10. Tingkatkan amal shalih terutama amal jariah yang dapat terus memberi pahala dan syafa'at setelah kita mati.

11. Maafkan kesalahan orang kepada kita walau seberat apapun kesalahan itu.

12. Bereskan segala hutang yang ada dan jangan buat hutang baru walaupun untuk menolong orang lain.

13. Berhentilah dari semua maksiat !!!

mata, berhentilah memandang yang tidak halal bagimu.

tangan, berhentilah dari meraih yang bukan hak mu.

mulut, berhentilah makan yang tidak baik dan yang tidak halal bagimu, berhentilah dari ghibah, fitnah, dan berhentilah menyakiti hati orang lain.

telinga, berhentilah mendengar hal-hal haram dan tak bermanfaat.

14. Berbaik sangka lah kepada Allah atas segala sesuatu yang terjadi dan menimpa.

15. Penuhi terus hati dan lisan kita dengan istighfar & taubat untuk diri sendiri, orang tua, dan semua orang beriman, di setiap saat, waktu dan keadaan.

Semoga bermanfaat bagi semua, walaupun usia belum mencapai 50 tahun, karena...

KEMATIAN TIDAK MENGENAL UMUR.

Info Beasiswa Universitas Al-Ahgaff Yaman 2018




Universitas Al-Ahgaff adalah perguruan tinggi swasta yang berpusat di Mukalla, ibu kota provinsi Hadhramaut, Republik Yaman. Hadhramaut sendiri merupakan salah satu provinsi yang kaya akan peradaban dan semarak dengan ilmu pengetahuan.
Kantor rektor dan semua fakultas universitas berada di kota yang berada di ujung semenanjung Arab ini. Hanya Fakultas Syariah saja yang berada di kota Tarim. Hal ini dilakukan guna terwujudnya pendidikan syariah yang tidak hanya diperoleh dari bangku kuliah saja, namun juga didapat melalui lingkungan yang religius dan bertuah.
Tarim—kota terbesar di Hadhramaut—sejak dahulu hingga sekarang dikenal sebagai kota ilmu dan ulama. Oleh karena itu, pada tahun 2010 lalu, kota tempat nenek moyang para wali songo ini dinobatkan sebagai Kota Budaya Islam oleh organisasi ISESCO (Islamic Educational, Scientific and Cultural Organization).
Faktor sosial-budaya di kota Tarim sangat mendukung untuk dijadikan sebagai tempat mendalami ilmu agama. Apalagi hal tersebut didukung faktor sejarah yang mencatat bahwa dari sinilah Islam di beberapa belahan dunia (seperti Asia dan Afrika) disebarkan dan berkembang pesat tanpa kekerasan dan teror berkat kegigihan, keikhlasan, keilmuan dan budi pekerti mulia para tokohnya dalam berdakwah.
Universitas Al-Ahgaff berdiri sebagai langkah nyata dari gagasan para ulama terkemuka dan dipelopori oleh (almarhum) Habib Abdullah bin Mahfudz Al-Haddad (Mufti Hadhramaut kala itu), demi membangun sarana pendidikan yang bermutu bagi masyarakat muslim dunia dengan pola pendidikan yang mampu mencetak sarjana muslim yang prospektif dan mumpuni dalam segala aspek kehidupan berasaskan ruh islami berhaluan pemahaman Ahlussunnah wal Jamaah.
Universitas ini resmi didirikan pada tahun 1994 melalui SK Menteri Pendidikan No.5 tanggal 8 Februari 1994. Pada tahun 1995 Universitas Al-Ahgaff resmi menjadi anggota Persatuan Universitas Liga Arab dan menjadi anggota Asosiasi Universitas-Universitas Islam.
Universitas Al-Ahgaff kembali memberikan beasiswa dan membuka pendaftaran untuk penerimaan mahasiswa baru dari berbagai negara, termasuk Indonesia—yang jumlahnya tidak dibatasi. Dan perlu diketahui, bahwa beasiswa ini murni dari universitas, bukan dari Pemerintah Yaman seperti anggapan sebagian orang.

Info Selanjutnya.....Download Di sini


Informasi Beasiswa ke Timur Tengah 2018




Sebagai bentuk kerjasama antara pemerintah Republik Indonesia (Kementerian Agama RI) dengan beberapa pemerintahan timur tengah seperti pemerintah Arab Mesir (Al-Azhar Al-Syarif), pemerintah Rebublik Sudan, pemerintah Kerajaan Maroko, dan pemerintah Kerajaan Lebanon dalam bidang pendidikan, Direktorat Jendral Pendidikan Islam memberikan kesempatan kuliah serta pemberian beasiswa bagi lulusan terbaik dari Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah dan Pondok Pesantren di Indonesia.
Disamping itu, untuk mengantisipasi meningkatnya minat calon mahasiswa Indonesia yang ingin melanjutkan studi ke negara-negara di kawasan Timur Tengah yang tidak diimbangi dengan kualitas memadai, maka Kementerian Agama RI melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Ditjen Pendidikan Islam akan melakukan seleksi penerimaan calon mahasiswa baik program beasiswa maupun non beasiswa dengan menguji kemampuan akademik, hafalan/bacaan Al-Quran dan pemahaman Bahasa Arab. Ingin tahu persyaratannya?
Silakan Download di sini


Download Kitab Terjemahan Fiqih Almanhaji Jilid 1



Biografi Pengarang 


Syeikh Dr Mustafa al-Bugha merupakan seorang faqih mazhab asy-Syafie dan ulama hadith di  Syiria.

Kelahiran

Syeikh Dr Mustafa al-Bugha dilahirkan pada tahun 1938M di al-Maidan, Damsyik, Syiria.

Pada peringkat pemulaan, Syeikh Dr Mustafa al-Bugha menuntut di Ma’had al-Taujih al-Islami - diasaskan oleh Syeikh Hasan al-Habannakah – sehingga tahun 1959M. Kemudian beliau memasuki Kuliah Syariah di Universiti Damsyik dan menuntut di sana selama empat tahun sehinggalah berjaya mendapat Ijazah Sarjana Muda (B.A) pada tahun 1963M. Kemudian beliau menyambung pengajian beliau di peringkat Sarjana (M.A) dan Kedoktoran (PhD) di Universiti al-Azhar pada tahun 1974M. Tajuk tesis PhD beliau ialah Athar al-Adillah al-Mukhtalif fiha fi al-Fiqh al-Islami(Kesan dalil-dalil yang diperselisihkan dalan perundangan Islam).

Guru beliau

1. Syeikh Hasan al-Habannakah

2. Syeikh Khairo Yassin. Syeikh Dr Mustafa al-Bugha membaca dan menghafal al-Quran di bawah bimbingan beliau ketika di peringkat menengah.

3. Syeikh Hussein Khattab. Bekas syeikh qurra’ di Damsyik.

4. Syeikh Muhammad Kurayyim Rajih. Syeikh qurra’ di Syiria sekarang.

5. Syeikh Mustafa al-Siba’ie

6. Syeikh Muhammad al-Mubarrak

7. Syeikh Mazin al-Mubarrak

8. Syeikh Muhammad Amin al-Misri

9. Syeikh Umar al-Hakim

10. Syeikh Wahbi Sulaiman al-Ghauji al-Albani

11. Syeikh al-Qadhi Muhammad al-Shama’

12. Syeikh Muhammad al-Muntasir al-Kattani

13. Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah

14. Syeikh Muhammad Sa’id al-Khin

15. Syeikh Ahmad Fahmi Abu Sunnah

Bidang penulisan

1. Al-Tahzib di adilati matan al-ghayah wa al-taqrib

2. Usul al-Fiqh : Dirasah ‘Ammah

3. Al-Jawanib al-Tarbawiyyah fi ‘ilm usul al-fiqh

4. Madhamin tarbawiyyah fi fiqh al-islami

5. Fiqh al-manhaji fi al-fiqh al-syafi’ie. Ditulis bersama Syeikh Dr Mustafa al-Khin dan Syeikh Dr ali al-Syarbaji.

6. Al-Wadih fi ‘ulum al-Quran. Ditulis bersama Syeikh Muhyiddin Misto

7. al-Da’awa wa al-bayinnat wa al-qanun fi al-qadha’. Ditulis bersama Syeikh Abdul Karim al-Kurshi.

8. Tashil al-masalik fi bi syarah wa tahzib umdah al-salik wa umdah al-nasik.

9. Al-hadiyyah al-mardiyyah syarah wa adillah al-muqaddimah al-hadramiyyah.

10. Al-Tuhfatul al-radiyyah fi fiqh saddah al-malikiyyah(syarah matan al-‘ashmawiyyah).

11. Nizam al-Islam.

12. Fiqh al-Mu’aridat

13. Buhuth fi ‘ulum al-hadith wa nususuhu.

14. Buhuth fi al-fiqh al-maqarin.

15. Nuzhatul al-Muttaqin fi syarh riyadh al-salihin . Ditulis bersama Syeikh Dr Mustafa al-khin, Syeikh Muhyiddin Misto, Syeikh Dr Ali al-Syarbaji dan Syeikh Muhammad Amin Latifi.

16. Al-Wafi fi syarh al-arbain an-nawawiyyah.

Download di siniFiqih Almanhaji 1


Isra’ dan Mi’raj : Makna Pertemuan Rasulullah SAW dengan para nabi





Makna Pertemuan Rasulullah SAW dengan para nabi
Setelah Nabis SAW pulang dari Thaif dengan sedih dan setelah berdoa, “jika Engkau tidak marah kepadaku maka aku tidak peduli,” datanglah pengabulan do’anya berupa perjalanan mulia yang belum pernah disaksikan manusia semisalnya, yakni mukjizat Isra’ dan Mi’raj.
Menurut pendapat yang paling benar, Isra’ dan Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun kesepuluh kenabian. Perjalanan ini terjadi setelah tahun kesedihan (Amul Huzni), tahun Nabi SAW kehilangan pamannya Abu Thalib dan isterinya Khadijah binti Khuwalid. Perjalanan ini merupakan mukjizat guna mengajari Nabi SAW kedudukannya di sisi Rabb-Nya.
Orang-orang berselisih, Isra’ dan Mi’raj terjadi dengan ruh dan jasad, ataukah ruh saja? Tentu saja Isra’ dan Mi’raj terjadi dengan ruh dan jasad.
Perjalanan Isra’ dan Mi’raj dimulai dengan thawafnya Nabi SAW di Ka’bah. Kemudian, beliau melakukan Isra’ ke Masjidil Haram, lalu beliau dinaikkan ke langit. Allah SWT berfirman:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (al-Isra’:1)

Baginda Nabi diisra’kan (isra’: perjalanan di malam hari) dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha. Perjalanan beliau dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha menggunakan kendaraan Buraq, seekor binatang melata putih yang lebih tinggi dari keledai, tetapi lebih rendah dari kuda. Ia meletakkan kukunya di ujung kaik-kakinya. Buraq berasal dari suku kata Al-Barq yang berarti cepat.

Makna Pertemuan Rasulullah SAW dengan para nabi di Masjidil Aqsha
Baginda Nabi SAW memasuki Masjidil Aqsha. Masjid tersebut penuh dengan nabi-nabi Allah SWT, mulai dari Adam hingga Isa bin Maryam As. Pertemuan para nabi di Masjidil Aqsha ini mempunyai makna yang besar, yakni sebagai isyarat persatuan umat manusia. Selain itu, bermakna pula, bahwa turunnya para nabi ke bumi untuk menyerahkan tampuk kepemimpinan umat kepada Muhammad SAW. Karena hal inilah mereka turun. Padahal, beliau juga akan bertemu mereka setelah naik ke langit.
Baginda Nabi SAW mengimami shalat di Masjidil Aqsha dengan para nabi semuanya. Ini menunjukkan akan kepemimpinan kaum muslimin dan kekuasaan mereka terhadap seluruh umat manusia. Setelah Nabi SAW shalat dengan para nabi, datanglah Jiblir As dengan membawa sebuah wadah yang berisi susu dan satu wadah lagi berisi arak. Nabi SAW memilih susu. Sebab itu, Jibril gembira dan mengatakan,”Engkau telah diberi petunjuk berupa fitrah dan umatmu juga mendapat petunjuk dengannya.”
Ayat-ayat yang menceritakan Isra’ adalah sebagai berikut:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ*
وَآتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِبَنِي إِسْرَائِيلَ أَلا تَتَّخِذُوا مِنْ دُونِي وَكِيلا*
ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا*
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”* Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israel (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku* (yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.(al-Isra’:1-3)

Setelah menceritakan  tentang kisah Isra’, ayat di atas membahas mengenai keturunan manusia:
ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ….
(yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh... (al-Isra’: 3)
Dalam perjalanan Isra’, Nabi SAW melewati gunung Tursina di mana Allah berbicara dengan Musa As. Beliau juga melewati Baitu Lahmin (Betlehem) di mana Nabi Isa As dilahirkan. Kemudian, beliau dinaikkan ke langit. Di langit pertama, beliau bertemu dengan Nabi Adam As. Di langit kedua, beliau bertemu dengan Nabi Isa As. Di langit ketiga beliau bertemu dengan Nabi Yusuf As. Di langit keempat, beliau bertemu dengan Nabi Idris As. Di langit kelima, beliau bertemu dengan Nabi Harun As. Di langit keenam, beliau bertemu dengan Nabi Musa As. Adapaun di langit ketujuh, beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim As.[1]




[1] Amru Khalid, ‘Ala Khutha al-Habib Muhammad Sallahu alaihi wassalam

Tata Cara Ruqyah Mandiri


Ruqyah termasuk bagian dari doa. Hanya saja, umumnya dalam bentuk memohon perlindungan dari gangguan sesuatu yang tidak diinginkan. Baik penyakit batin atau fisik.
Ibnul Atsir mengatakan,
والرقية : العوذة التي يرقى بها صاحب الآفة كالحمى والصرع وغير ذلك من الآفات
Ruqyah adalah doa memohon perlindungan, yang dibacakan untuk orang yang sedang sakit, seperti demam, kerasukan, atau penyakit lainnya. (an-Nihayah fi Gharib al-Atsar, 2/254)
Karena itu, kalimat yang dibaca dalam ruqyah sifatnya khusus. Sementara doa lebih umum, mencakup semua bentuk permohonan.
al-Qarrafi mengatakan,
والرقى ألفاظ خاصة يحدث عندها الشفاء من الأسقام و الأدواء والأسباب المهلكة
Ruqyah adalah lafadz khusus yang diucapkan dengan niat mengucapkannya untuk kesembuhan dari penyakit, dan segala sebab yang merusak. (Aunul Ma’bud, 10/264)
Karena itu, prinsip dari ruqyah adalah membaca ayat al-Quran atau doa-doa dari hadis, dengan niat untuk melindungi diri dari penyakit dalam diri kita, baik fisik maupun non fisik. Di sinilah kita bisa membedakan antara ruqyah dengan membaca al-Quran biasa. Bacaan al-Quran bisa menjadi ruqyah, jika diniatkan untuk ruyah.
Dan kondisi hati sangat menentukan kekuatan ruqyah. Semakin tinggi tawakkal seseorang ketika meruyah, semakin besar peluang untuk dikabulkan oleh Allah. Karena itu, sebelum melakukan ruqyah, orang perlu menyiapkan suasana hati yang baik. Tanamkan tawakkal kepada Allah, dan perbesar husnudzan (berbaik sangka) bahwa Allah akan menyembuhkannya.
Apa yang bisa dilakukan?
Ada beberapa adab yang bisa anda lakukan ketika hendak meruqyah,
[1] Berwudhu terlebih dahulu, karena ketika membaca kalimat thayibah, dianjurkan dalam keadaan suci.
[2] Baca ayat al-Quran yang sering digunakan untuk ruqyah, dengan niat ruqyah. Seperti ayat kursi, dua ayat terakhir surat al-Baqarah, atau surat al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Nas, atau ayat lainnya.
[3] Bisa juga dengan menggunakan doa yang pernah diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[4] Bisa juga dengan mengusapkan tangan ke anggota tubuh yang bisa dijangkau, atau ke anggota tubuh yang sakit.
[5] Atau menggunakan media air. Caranya, kita membaca ayat-ayat ruqyah dengan mendekatkan segelas air bersih di mulut. Selesai baca, air diminum.
[6] Selanjutnya, tawakkal kepada Allah.

Beberapa Praktek Ruqyah diri Sendiri

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita beberapa doa dan ruqyah yang bisa kita baca ketika sakit. Diantaranya,
Pertama, doa ketika ada bagian anggota tubuh yang sakit.
Caranya,
[1] Letakkan tangan di bagian tubuh yang sakit
[2] Baca “bismillah” 3 kali
[3] Lanjutkan dengan membaca doa berikut 7 kali,
أَعُوذُ بِعِزَّةِ اللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
(A’uudzu bi ‘izzatillahi wa qudratihi min syarri maa ajidu wa uhaadziru )
“Aku berlindung dengan keperkasaan Allah dan kekuasaan-Nya, dari kejelekan yang aku rasakan dan yang aku khawatirkan.”
Dalilnya:
Dari Utsman bin Abil Ash radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau mengadukan rasa sakit di badannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam..  Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhnya,  “Letakkanlah tanganmu di atas tempat yang sakit dari tubuhmu,”  lalu beliau ajarkan doa di atas. (HR. Muslim 5867 dan Ibnu Hibban 2964)
Kedua, ruqyah sebelum tidur
Gabungkan dua telapak tangan, lalu dibacakan surat al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Naas, lalu tiupkan ke kedua telapak tangan. Kemudian usapkan kedua telapak tangan itu ke seluruh tubuh yang bisa dijangkau. Dimulai dari kepala, wajah dan tubuh bagian depan.
Kemudian diulang sampai tiga kali.
Ini berdasarkan hadis dari A’isyah radhiyallahu ‘anha, yang menceritakan kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelulm tidur. (HR. Bukhari 5017 dan Muslim 2192).
Ketiga, ruqyah ketika terluka
Ambil ludah di ujung jari, kemudian letakkan di tanah, selanjutnya letakkan campuran ludah dan tanah ini di bagian yang luka, sambil membaca,
بِسْمِ اللَّهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيقَةِ بَعْضِنَا يُشْفَى سَقِيمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا
(Bismillah, turbatu ardhinaa bi riiqati ba’dhinaa, yusyfaa saqimuna bi idzni rabbinaa..)
“Dengan nama Allah, Debu tanah kami dengan ludah sebagian kami semoga sembuh orang yang sakit dari kami dengan izin Rabb kami.” (HR. Bukhari 5745 & Muslim 5848).
Mencegah Lebih Baik dari Pada Mengobati
Teori ini berlaku umum, baik dalam ilmu medis konvensional maupun ilmu medis nabawi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih banyak mengajarkan kepada umatnya untuk lebih banyak berdzikir, merutinkan dzikir dalam setiap keadaan, terutama setiap pagi dan sore.
Banyak diantara doa dan dzikir pagi-sore yang dijadikan sebab untuk mendapat penjagaan dari Allah dari setiap gangguan makhluk yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
Karena itulah, di dua waktu ini, Allah memotivasi kita untuk kita untuk memperbanyak berdzikir,
Allah perintahkan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk selalu istighfar dan banyak berdzikir setiap pagi dan sore,
وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ
“Mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.” (QS. Ghafir: 55).
Allah perintahkan Nabi Zakariya untuk rutin berdzikir setiap pagi dan sore,
وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ
“Perbanyaklah berdzikir menyebut nama Rabmu, dan sucikan Dia setiap sore dan pagi.” (QS. Ali Imran: 41).
Allah juga memuji orang yang rajin dzikir dan berdoa setiap pagi dan petang,
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ
“Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap wajah-Nya…” (QS. al-Kahfi: 28).

Contact Form

Name

Email *

Message *